Jumat, 25 Maret 2011

samar....

Kumpulan air menguap menjadi awan. Awan berkumpul dan terus berkumpul menjadi mendung. Terus menebal dan akhirnya terjatuh menjadi butiran-butiran air. Membasahi daun yang layu.



Sore itu menemani sepiku di teras kost tempatku menginap.ku rindu dengan rel tempatku merenung dahulu. Teras itu seakan menggantikan keadaan tempat itu, bedanya hanya itu sedikit bising. Aku termenung melihat langit. Disana aku teringat akan bayangan mimpiku itu. Seakan dia menghampiriku. Aku mengirim kata-kataku padanya dalam bahasa jepang Nakushite shimatta... (aku kehilangan dirimu....) aku fikir dia akn menyuekkanku, tak ku sangka dia membalasnya dan menanyakan apa artinya. Setelah aku menjawab aku mengira dia akan memberi respon lagi, ternyata responnya meleset dari harapanku, sudahlah biar saja pikirku.

Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku tak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Aku seakan bimbang. Aku tersadar jika ada berjuta masalah yang lebih penting untuk masa depanku di depan sana masih banyak menunggu dan harus secepatnya terselesaikan. Tapi semua tiu hilang hanya karena aku memikirkan seorang yang mungkin hanya menjadi mimpiku. Semakin lama aku berfikir semakin bingung aku dengan keadaanku ini. Mungkin benar apku memang sudah kehilangan dirinya. Tapi aku tak tahu kenapa seakan tubuh ini tetap bersemangat untuk mengejarnya. Seakan kebahagiaan mengejar layang-layang waktu masih kecil ku rasakan kembali, waktu ku kecil dulu. Meski saat itu aku tak pernah mendapatkan sebuah layang-layangpun, meski hatiku ini sedih tapi tubuh ini tetap bersemangat untuk mengejar layang-layang lain.

Aku tak tahu apa yang aku rasakan tapi yang jelas hatiku masih sakit seperti sebelumnya, tapi aku tak bisa mengelak darinya. Seakan aku sangat yakin akan mendapatkannya meski kenyataan berkata lain. Aku terus meyakinkan hatiku itu hanya mimpi saja, aku hanya terlalu bodoh saja memikirkan sesuatu yang tak mungkin ku dapat, tapi semua itu hanya menjadi gumaman dalam pikiranku. Sebenarnya ku sudah tak Sanggup lagi menahan semua ini, tapi aku juga tak tahu. Tapi seakan inilah jalur yang sangat nyaman ku lalui.

Aku bingung dengan diriku sendiri, Disini ku ambil kesimpulan jika kebahagiaan seseorang itu bukan dari apa yang dia peroleh, Tapi ketika dia sedang dalam proses mendapatkan apa tujuannya itulah sumber kebahagiaannya.

Sore semakin larut Hujan turun semakin lebat, seakan langit menangisi kisahku yang tak kunjung membaik. Semoga saja hujan ini dan keadaan seterusnya menuntunku kejalan yang benar.

0 komentar:

Posting Komentar