Senin, 14 Maret 2011

Hembusan Lembut Sang Angin

Matahari cerah sore hari. Daun yang beranjak tumbuh kini mulai menguning dan kehabisan klorofil untuk berfotosintesis. Mungkin waktunya daun berganti dengan yang lebih muda.


Waktu itu aku mengajak temanku sang angin menyendiri di tepi sungai yang cukup sunyi di desa. Angin yang semilir membawa sejuta inspirasi. Angin bertanya padaku, apakah kau terus berharap pada sesuatu yang itu tak mungkin kau dapat. Aku bingung menjawabnya. Aku ingin menjawab tidak. Tapi hati kecilku masih sangat berharap. ingin menjawab iya tapi semua itu hampir mustahil untukku.

Angin mulai menggetarkan tangkai daun yang hendak terjatuh dan akhirnya menjadikan daun gugur, tapi angin tidak membiarkan daun jatuh dengan terhempas, dia menjadikan jatuhnya menjadi pelan dan tak menyakitkan.

Angin menyuruhku untuk melupakannya. Karena dia tak mungkin aku dapat, dia terlalu jauh untukku jangkau. Sulit mungkin, tapi itu yang harus aku lakukan. Bermimpi saja tak cukup jika kemampuan untuk mengejarnya belum memadai. Wah aku semakin bingung dengan apa yang dia pikirkan. Aku mencoba menguatkan pendapatku jika mimpiku pasti bisa ku raih. Tapi aku ditiup pelan olehnya dan membuatku tersadar, dia berkata apa gunanya kita sukses mendapat sesuatu jika akhirnya tak bahagia. Aku terperajat mendengarnya. Aku sadar mimpi itu tak pernah menghampiriku, bahkan melihatku dengan sebelah matanya pun tidak.

Kini daun telah gugur dan benar-benar gugur ketanah.....

0 komentar:

Posting Komentar