Rabu, 07 September 2011

Bintang Jutaan Tahun Cahaya Part III

Biji ditanam, mengakhiri masa tidur lamanya. Dan terbangun menjari sebuah tanaman yang tinggi dan akan semakin tegar menantang terjangan angin yang semakin besar menerpanya.



Pertama kali aku menginjakkan kakiku di tanah pondok pesantren modern yang penuh dengan master-master kecil yang masih terpendam kemampuannya. Awalnya aku merasa sangat bersemangat, tapi karena aku melihat teman-temanku yang lain tak kerasan di pondok, aku ikut-ikutan tak kerasan. Tapi tetap saja aku lalui hariku yang penuh dengan pengalaman baruku itu. Aku bertemu dengan seseorang yang pertama kali menginspirasiku hidup waktu itu. Kakak kelasku sendiri, dia sangat pandai pelajara Fisika, karenanya aku suka belajar Fisika. Dia menyemangati aku agar aku bisa ikut lomba sampai ke tingkat provinsi, karena kehidupan di pondok sangatlah terbatas, dia menceritakan kepadaku fasilitas yang akan kudapat jika aku mengikuti olimpiade sains. Karenanya aku bersemangat mendapat juara.

Tunas pertama muncul, air menetes keatasnya, membuatnya semakin bersemangat untuk menantang kencangnya angin.

Tes olimpiade diadakan oleh ustazd kami, aku pun mengawali persiapanku, awalnya aku mencoba untuk mempelajari pelajaran Fisika, tapi entah mengapa aku merasa hambar untuk mempelajari pelajaran itu, aku sama sekali tak menemukan nikmatnya belajar, entah mungkin itu yang mengakibatkan aku sekarang menjadi orang yang tak begitu pandai dengan pelajaran Fisika. Aku mencari peluang, pelajaran mana yang paling aku bisa, dan mampu, aku melihat pelajaran biologi belum begitu popular didepan para santri. Aku memutuskan untuk menyiapkan diriku untuk itu. Semua buku di perpustakaan yang berhubungan dengan Biologi aku pinjam, meski semua belum tentu aku baca, tapi aku pinjam, waktu mengantri mandi, waktu makan, waktu mau tidur, semua buku itu aku bawa, bahkan aku membeli buku-buku bekas di pasar loak yang berhubungan tentang Biologi, aku begitu terobsesi untuk menjadi juara pada waktu itu.

Tanah memberikan media yang sangat tepat untuk pertumbuhan tunas yang masih sangat muda, dia mendapatkan, kelembaban, keasaman, dan suhu yang sangat optimal.

Tes pertama dimulai, aku pun bersemangat mengikutinya. tak disangka, aku berhasil lolos tes pertama. Tes kedua, hingga pada tes terakhir, itu adalah hidup dan matiku, aku bersaing dengan empat anak lainnya yang mana ranking kelas mereka adalah rangking terbaik. Soal yang disajikan oleh ustazd sangat sulit, Aku melihat semua peserta memang terlihat sama, mereka memutar otaknya untuk melewati panasnya persaingan, aku sudah pasrah. Aku mengumpulkan jawabanku. Pengumuman akan diumumkan beberapa hari lagi. Aku menunggu dan berharap-harap cemas di hatiku. Dan ketika pengumuman datang aku lolos. Seketika pula aku besyukur. Dan akhirnya ikut olimpiade biologi, dan mendapat juara 2 di kabupaten, dan aku mewakili kotaku ke provinsi. Semua yang diceritakan oleh kakak kelasku tadi ku rasakan semua.

Batang muda mulai terlihat, hijau dan penuh semangat. Dan perjalanan panjang baru saja dimulai.

0 komentar:

Posting Komentar